Kamis, 09 April 2015

10 Kesalahan yang Membuat Anda Tidak Kunjung Kaya

Sebagian besar orang yang hidup di dunia ini – termasuk Anda tentunya – pasti ingin memiliki kekayaan yang banyak. Istilah kaya raya, makmur, gemah ripah loh jinawi, bahkan istilah istilah gaul tajir mampus, dan sebagainya, kerap digunakan untuk menggambarkan kekayaan yang dimiliki seseorang.

Tetapi, seperti halnya bunyi sebuah ungkapan, ‘keinginan hanya di bibir saja’. Alias hanya terucap, namun tidak pernah menjadi sesuatu dogma, sikap, maupun tindakan. Karena pada kenyataannya banyak hal yang Anda lakukan justru menjauhkan Anda dari kekayaan, bukan justru mendekatkan. 

Simak saja 10 hal di bawah ini, yang bisa jadi kerap Anda lakukan dan ternyata menjauhkan Anda dari kekayaan:

Receh remeh. Ingat ini: Tidak akan menjadi uang sebesar satu miliar rupiah kalau kurang Rp500,- Jadi, jangan remehkan uang receh yang Anda terima sebagai kembalian. Agar terasa berarti, sediakan sebuah toples untuk tempat Anda mengumpulkan uang receh. Setelah terkumpul, akan ada banyak hal yang bisa Anda lakukan dengan uang receh tersebut.

Mental bos. Setiap manusia pasti senang diperlakukan istimewa. Namun seringkali perlakuan istimewa tersebut menimbulkan konsekuensi keuangan. Pertanyaannya, seberapa perlu Anda mendapatkan perlakuan istimewa tersebut? Misalnya, mencari parkir sendiri Vs. menggunakan fasilitas valet parking (Anda bisa berhemat minimal Rp50 ribu), duduk di bangku first class Vs. business class Vs. economy class dalam pesawat (Penghematan minimal Rp300 ribu), dan sebagainya. Pun kalau memang Anda punya uang, coba pikirkan lagi konsekuensinya.

Salah persepsi. Sering kali otak menipu Anda, dengan memberikan informasi yang pada saat itu terkesan ekonomis, tapi pada akhirnya justru membebani keuangan. Hal ini terjadi karena banyak hal. Bisa karena pengetahuan Anda tentang sesuatu hal terbatas, sehingga informasi yang Anda olah malah salah, atau, Anda terburu-buru mengambil keputusan. Kunci mengatasi ini sesungguhnya simpel: berhenti sejenak dari semua kegiatan, lalu pikir ulang dalam-dalam, dan lengkapi diri dengan informasi. Ingat, berhemat, bukan selalu berdampak pada saat itu juga, melainkan bisa dalam jangka panjang.
Alihkan risiko. Industri asuransi adalah salah satu industri yang sudah lama ada di muka bumi. Memberi proteksi atas banyak hal, dari kapal tanker beserta muatannya, sampai bibir seksi seseorang. Jadi, jika Anda adalah penghasil pemasukan bagi keluarga, maka Anda layak diasuransikan. Rumah, mobil dan aset berharga lain, juga layak diasuransikan. Intinya adalah sebisa mungkin mengalihkan risiko atas harta Anda.

Berhemat tidak sama dengan pelit.Menghitung uang kembalian sampai rupiah terkecil, membuat Anda bakalan dijuluki Si Pelit. Benarkah demikian? Jawabannya, tidak! Kita terbiasa dengan mudah melupakan uang kembalian atau uang selisih pembelanjaan sebesar Rp500,- bahkan Rp1.000,- di supermarket atau stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU. Padahal, selisih uang tersebut tetap memiliki arti, dan merupakan hak Anda. Bahkan, kumpulan uang receh kembalian bagi SPBU atau supermarket bisa menambahkan keuntungan yang jumlahnya pasti tidak Anda pernah kira besarnya. Itu membuat tindakan Anda menuntut pengembalian sampai rupiah terkecil bukan sikap pelit.

Jaga pengeluaran. Ketika gaji naik, orang cenderung untuk menaikkan juga pengeluaran mereka. Padahal, tak ada yang salah dengan pengeluaran selama ini. Keinginan tersebut seharusnya bisa Anda tekan, dengan mengalihkan selisih uang tambahan kenaikan gaji menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat di masa depan. Misalnya dengan menambah persentase uang yang ditabung, dan investasi.
Kendalikan bonus.Sama halnya dengan kenaikan gaji, bonus yang Anda peroleh seharusnya menjadi kesempatan emas untuk menambah kekayaan, baik dalam bentuk aset maupun tabungan dan dana darurat.

Berinvestasilah. Dengan tingkat inflasi seperti saat ini, menyimpan uang di tabungan atau deposito bakal membuat uang Anda tergerus inflasi. Satu-satunya jalan keluar adalah dengan berinvestasi. Mulailah berinvestasi sesegera mungkin. Tak harus langsung besar jumlahnya, tetapi yang terpenting adalah konsisten. Pilih instrumen investasi yang sesuai dengan karakter dan profil risiko Anda.

Dewa kartu kredit. Jangan jadikan kartu kredit sebagai dewa Anda, terutama saat Anda sedang tidak punya uang. Berbelanja dengan kartu kredit ketika Anda tidak punya uang adalah tanda-tanda Anda mendekati kebangkrutan. Kartu kredit selayaknya dipakai sesuai dengan proporsi, yaitu sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai. Artinya, Anda memang mempunyai uang, tapi karena faktor keamanan dan kepraktisan, menggunakan kartu kredit.

Pangkas pengeluaran. Pada satu titik, kalau Anda tidak kunjung kaya, atau paling tidak kekayaan Anda tidak meningkat dibanding tahun sebelumnya atau justru kurang, maka Anda harus mulai memangkas pengeluaran. Hal-hal seperti pengeluaran telekomunikasi dan internet, perbankan, dan harian, bisa menjadi permulaan dari usaha Anda memangkas pengeluaran. Ini juga kesempatan untuk hidup lebih sehat, dengan memangkas pengeluaran yang dapat membahayakn kesehatan Anda kelak, misalnya pengeluaran untuk rokok.(Antono Purnomo)